Minggu, 15 Juni 2014

RING THE BELL

Chapter 3 THE NIGHT VILLAGE

Pintu yang membatas antara aku dengan sebuah ruangan telah terbuka, ruangan penuh dengan debu dan perabotannya sudah rusak yang membuatku sangat yakin bahwa gedung ini sudah sangat lama di tiggalkan. Aku melangkah memasuki ruangan dan melihat sekeliling ruangan yang sangat kotor ini ternyata sebuah ruang kerja atau sejenisnya karena aku melihat banyak rak rak buku dari kayu yang tertancap di dinding ruangan.

Aku mulai mengecek isi dari rak rak buku dan melihat buku buku tersebut satu persatu, ini sepertinya buku pelajaran atau semacamnya karena banyak sekali tuisan dan soal soal angka terlukis di dalam buku itu. Sepertinya gedung ini dulunya sebuah sekolahan dan sekarang sudah tidak terpakai lagi aku jadi penasaran kenapa sekolah ini sudah tidak di gunakan, tetap dengan investigasiku terhadap ruang ini mencari tau informasi dimana sekarang aku berada dan kenapa di hutan seperti ini ada sekolahan.

Di saat aku membuka laci meja stu persatu aku mendengar seseorang berlari menaiki tangga “hello siapa di sana?” tanyaku sambil keluar dari ruangan dan mengejar orang tersebut, di depan ruangan ini terdapat sebuah tangga menuju lantai dua. kulangkakan kakiku menaiki anak tangga dengan pelan karena tangga yang terbuat dari kayu ini sudah sangat rapuh dan berlubang, perlahan menaiki tangga yang rapuh ini membuatku ingin cepat tiba di lantai dua. Akhirnya sampailah aku di lantai dua. dengan menghela napas aku mencari orang tadi, di depanku sudah ada sebuah ruangan kelas dan beberapa kelas lagi di sampingnya, aku melihat ruangan itu satu persatu dari pintu yag telah terbuka.

Aku tidak melihat seorangpun di dalamnya, suasana ini membuatku takut, apa aku salah dengar tadi? Mungkin suara yang aku dengar tadi langkah kaki hewan liar yang masuk, tiba tiba aku mendengar bunyi seperti ada yang jatuh, aku melihat ke sumbernya yang berada di ujung lorong ini. Di sana terdapat sebuah lemari kaca dan di sampingnya sebuah pintu yang di atasnya terdapat papan nama yang sudah tidak dapat terbaca lagi, aku mendatangi lemari tersebut, di dalamnya terdapat foto, guci yang dari porselin dan beberapa barang lainnya.

Dan sebuah benda tergeletak di depan lemari itu, aku memungut benda itu dan memperhatikannya dengan seksama. Ternyata benda itu sebuah kamera yang bentuknya sangat cantik serta modelnya yang sangat kuno membuat kamera ini sangat antic, aku mencoba melihat mengutak atik apakah kamera ini masih berfungsi, sepertinya lensanya masih bagus dan sangat jernih saat aku mengintip di balik lubang viewfindernya.

“kakak”suara anak kecil bergeming di lorong, sontak membuatku kaget dan membalikan badan menghadap lorong. aku tidak melihat siapapun di sana, aku menjadi mulai takut “siapa di sana?” aku membalasnya. Suara panggilan itu sudah tidak terdengar lagi, aku memegang kamera dengan erat dan terdiam di tempatku berdiri. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan yang keras berkali kali, aku mendekati suara itu dan berhenti tepat di depan pintu, suara itu berasal dari ruangan yang papan namanya sudah tidak dapat dibaca.

Aku meraih handle pintu yang bundar itu dan mulai membukanya, pintu itu terbuka dan ruangan didalamnya agak gelap, tapi aku berhasil melihat seseorang sedang berdiri membelakangiku, rambutnya yang sebahu dan pakaian kunonya memberi kesan aneh terhadapku, “hello” sapaku, dia hanya terdiam saja dan mulai mengetuk ngetuk lagi. Aku melangkah kecil mendekatinya, memasuki ruangan yang ternyata sebuah toilet. Hanya beberapa meter lagi jarak antara aku dengan wanita itu, dia langsung menghentikan ketukannya”hallo nyonya” sapaku dengan suara sedikit ketakutan, Dia mulai membalikan badannya menghadapku.

Kepalanya yang menghadap lantai, perlahan lahan bergerak keatas untuk memandangku. Hah! Bertapa terkejutnya aku melihat wanita itu. Wanita itu dia…dia tidak memiliki kedua bola mata dan tubuhnya melayang beberapa senti dari lantai, “aaa… tidak!...menjauh dariku!” teriakku menggema di ruang toilet ini. Dia mendekatiku dan merentangkan tangannya seperti ingin memelukku. Suara yang menyeramkan keluar dari mulutnya, Aku melangkah mundur dan menghampiri pintu keluar, tiba-tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya hingga membuat suara dentuman yang sangat keras,pintu itu tidak bisa di buka. sekarang aku terpojok dan tak tau harus bagaimana lagi, sekarang aku sedang berhadapan dengan sesosok hantu.

Aku tersandar di pintu sambil menghadap sesosok hantu yang makn lama makin mendekatiku, aku sangat ketakutan, aku sangat panic, apakah hantu itu akan membunuhku? Aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Ketakutan dan kepanikan ini menghantuiku, “tidak!” tengan berteriak keras, tanpa disengaja aku menekan tombol camera yang sudah aku pegang dari tadi, kilatan cahaya muncul sangat terang memenuhi ruangan dengan cepat seperti petir yang menyambar,membuatku terkejut dan menjatuhkan kamera.

Hantu itu berteriak seperti kesakitan dan mundur sambil menutup kedua matanya yang kosong itu hingga dirinya menghilang, aku terdiam membisu dan menjatuhkan diriku terduduk di lantai, mencoba menenangan pikiran dan mengusir rasa takutku, apa itu barusan? Ini sangat aneh dan tidak masuk akal. Cahaya dari kamera itu mengusir hantu, aku meraih kembali kamera itu dan waspada jika hantu itu datang lagi, hampir semenit aku menunggu, ternyata mahluk itu tidak kunjung tiba, apa kamera ini berhasil membunuhnya atau mengusirnya?.

Pintu terbuka dengan sendirinya, aku perlahan mengintip di balik pintu sambil memberanikan diriku, aku merasa suasana sudah aman, akhirnya aku bisa keluar dari ruang toilet yang sera mini dan segera keluar dari sekolah angker ini. Dengan mengalungkan kamera dan mulai menuruni tangga yang sudah tidak terjamin keselamatannya kemudian lari menuju pintu keluar. Di halaman depan sekolah aku mengambil napas panjang untuk memulihkan pikiranku dan menghilangkan rasa takut, aku kembali berlari menuju goa untuk pulang ke teman teman, hari yang sudah gelap ini pasti akan memanggil mahluk seperti itu tadi, aku keluarkan senter dari dalam tas selempangku dan berlari memasuki goa, pasti nial dan jesper sudah membawa bantuan untukku.

Aku hampir sampai ke ruang goa di mana aku jatuh tadi, langkahku terhenti dan bersembunyi di balik batu, aku melihat beberapa orang memakai pakaian putih dan memegang tongkat berada didepanku, mereka berjalan memasuki lorong goa yang lain, perlahan aku mengikuti mereka dan terus mengikuti, akirnya kami sampai di pintu goa yang lain, aku tetap bersembunyi agar tidak ketahuan. Sepertinya mereka sudah jauh meninggalkanku, perlahan aku mulai beranjak keluar dan terdiam, aku melihat sebuah desa dan penduduknya sedang lalu lalang, kenapa ada desa di tempat seperti ini dan kenapa juga ada sekolah angker itu.

Aku memiliki firasat yang tidak enak, perlahan aku berjalan melihat lihat desa, ini sangat aneh , aku berjalan melewati mereka dan memanggil mereka tapi tidak satupun dari mereka memperhatikanku. Mereka tetap dengan pekerjaan mereka masing masing, ada apa ini? Aku aku tidak terlihat oleh mereka, saat aku melihat ke bawah, aku tersadar ternyata bayanganku tidak ada, padahal matahari masih menampakkan wujudnya.

Aku terus berjalan mengitari desa, melihat sekeliling, hal ini membuatku takut. Apakah aku bermimpi atau aku sudah mati?. Kenapa mereka tidak bisa melihatku?,  aku menghentikan langkahku dan menyandarkan tubuhku di mulut sumur yang terbuat dari batu, sepertinya aku sedang di pusat desa. Di sini sangat ramai dan banyak bangunan kuno, aku meraih tas selempangku dan mengaduk isi di dalamnya, aku mengambil handphone, berusaha untuk menghubungi teman teman.

Saat aku mengeluarkan hp ku, aku mendengar sesuatu jatuh dari tasku. Aku melirik dan melihat, ternyata itu bel yang aku bawa dari rumah, aku meraih bel itu dari tanah dan menggoyangkannya, tiba-tiba saja suasana menjadi lain, para penduduk desa menjadi panic. Mereka berlalri berhamburan dan saling membunuh, aku tidak berkutik menyaksikan kejadian itu, aku sangat takut, aku tak tau harus bagaimana. Teriakan mereka bergema di telingaku, aku ingin menangis karena takut.

Tiba-tiba aku mendengar seseorang berteriak di belakangku, aku memalingkan badan, mataku melotot melihatnya, seseorang menggenggam sebilah pedang dan ingin menebasnya kepadaku, aku berteriak dengan keras. Seketia suara bel berbunyi dengan keras, aku tidak tau sumbernya  dari mana, bunyi bel itu mengejutkanku, keadaan sekitar berubah, hari sudah menjadi gelap, dengan terangnya sinar bulan, aku memandang sekitar.

Keadaan menjadi tenang, sangat tenang tanpa adanya satu orangnpun, seluruh pembantaian tadi lenyap seketika, apa itu tadi?, apa itu sebuah pesan atau kejadian di desa ini, tanpa terasa air mataku berjatuhan, aku takut, apa yang terjadi padaku?, aku tak kuasa menahan air mata ini, aku menangis dalam ketakutaku. “Jody?” suara itu memanggilku, aku memalingkan muka dan melihat sesosok yang ku kenal, itu Kim yang berdiri melihatku dengan heran, aku lega bertemu dengannya, setidaknya aku tidak sendirian lagi, “kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi?” tanyanya dengan heran, aku hanya terdiam membisu, “Kim kenapa kamu di sini, dimana yang lainnya?” tanyaku kembali.

Sekarang dia yang menjadi terdiam, “Kim? Ada apa dengan Nial dan yang lainnya?”, “kim mulai gemetar seperti ketakutan, aku bangkit dari tempatku dan berusaha menenangkannya padahal aku juga sedang takut, “mereka…terkurung di sebuah rumah”, “rumah? Mereka kenapa?” tanyaku kembali, “saat kami semua turun untuk mencarimu, kamu sudah tidak ada di goa itu, dan kami hanya melihat sebuah lorong goa” dengan suaranya yang pelan sambil menundukan kepalanya, “terus?... eh tunggu dulu, satu lorong goa?, bukannya ada dua?” sahutku “hah Apa maksudmu? Kami semua hanya melihat satu” “ok ok terus apa yang terjadi dengan mereka?” “setelah keluar dari goa itu kami melihat desa ini, kemudian mereka tiba-tiba lari begitu saja” “apa kamu tidak menghentikannya?” “aku sudah mencoba, aku mengejar mereka dan meneriakinya tapi mereka tidak bisa mendengarku”.

Aku hanya terdiam mendengar apa yang di katakan Kim, aku yakin ada yang tidak beres dengan tempat ini apalagi di sekolah aneh itu “ aku tidak tau apa yang harus aku lakukan” Kim kembali angkat bicara “mereka seperti tidak bisa melihatku” tiba-tiba Kim terdiam, “Kim?” aku memanggilnya “aku melihat mereka bertemu seorang wanita dengan baju yang lusuh, kemudian mereka langsung berteriak dan masuk ke dalam rumah” “wanita?” tanyaku dengan heran “dia… hantu”. Kami terdiam sejenak mendengar apa yang baru saja di ucapkan Kim, “Kim, setelah itu apa yang terjadi?” sahutku dengan penasaran, dia bercerita kembali “ mereka langsung masuk ke rumah itu dan menutup pintunya, setelah hantu itu menghilang, aku mencoba membuka pintu rumah itu, tapi tidak bisa, aku melihat mereka sedang duduk di balik pintu itu, kemudian…” “kemudian kenapa kim?” “hantu itu muncul kembali entah dari mana, dan hantu itu mengejarku” “terus bagaimana kamu bisa lolos?” “aku tidak tau jod, aku terus lari, aku takut melihat kebelakang, setelah itu aku melihatmu berdiri di depan sumur itu, dan kamu tiba tiba saja teriak, kamu melihat apa di sumur itu?”.

Aku bingung mau bilang apa, “aku kaget karena mendengar bunyi bel” aku berbohong “bel? Bel apa? Aku tidak mendengar apapun” yang benar aja, suara bel sekeras itu tidak di dengar oleh kim, atau mungkin itu suara berasal dari kejadian tadi dan aku yang mendengarnya “ah sudahlah, di sini sudah gelap, ayo kita cari ke rumah yang kamu ceritakan tadi” “kamu yakin jod? Gimana kalau di sana banyak hantunya, aku takut” menurutku selagi aku memiliki kamera ini aku merasa aman “aku yakin kim, lagipula kita harus mencari kakakmu dan yang lain” “oke tapi aku tidak ingin terpisah darimu, aku tidak ingin sendiri lagi di tempat ini” sahutnya dengan nada gelisah.

Kami berjalan melewati rumah-rumah yang tua dan sudah rusak, suasana ini memang menyeramkan, kami hanya di mandikan cahaya bulan dan sinar secter yang aku pegang, suasana sepi ini membuat kami waspada, bisa saja sesuatu yang menyeramkan akan muncul, “di sini” ujar kim, tak terasa kami sudah tiba di depan rumah yang di bicarakan kim tadi, tanpa berpikir panjang, aku langsung mencoba membuka pitu rumah. Benar apa yang di katakan kim, pintunya tidak bisa di buka, “ benar seperti yang kamu bilang kim, pintu ini tidak bisa…” belum selesai aku berbicara, sesuatu mendobrak pintu itu dari dalam, dentuman keras dari pintu membuatku kaget.

Aku mundur beberapa langkah, kim langsung meraih tanganku, dobrakan pintu itu langsung terhenti seketika, di jendela pintu itu, aku melihat sebuah tangan merayap, di lanjuti dengan munculnya bentuk wajah wanita yang pucat, dia kembali mendobrak pintu, berusaha untuk keluar. Aku hanya terdiam melihat wanita itu, aku meraih kamera yang ada di tas ku, wanita itu terdiam dan mulai menghilang di kegelapan, “k-kim sepertinya dia menghilang” ha! Kim yang tadi di sampingku kini sudah tidak ada “ Kim!” teriakku “kim! Dimana kau” aku berlari mencari kim, aku berlari di samping rumah angker ini sambil meneriaki kim.


Aku melihat sebuah pintu yang tertempel di samping rumah ini, aku mendekati pintu itu, aku pikir kim ada di dalam dan mungkin juga aku bisa masuk lewat pintu ini yah jika ada hantu itu lagi tinggal aku gunakan kamera ini, tiba-tiba aku mendengar sesuatu dari dalam, mungkin itu kim, aku mengalungkan kamera dan meraih handle pintu, dan membukanya perlahan, menyenteri ke dalam ruangan. Dan betapa leganya aku melihat apa yang di balik pintu ini, “ Nial!” sahutku, dengan mata yang menyipit karena sorotan dari senterku, dia memanggilku “jody?...jody!” aku berlari mendekatinya “jod dari mana saja kamu? Kami semua mencarimu dan sekarang kami terpisah” “aku tadi bertemu dengan kim, tapi sekarang dia menghilang” “kim? Yeah tadi kami juga mencarinya” “ok nial ayo kita cari yang lain dan keluar dari..”belum selesai aku ngomong, pintu tiba-tiba tertutup dengan keras “n-nial” aku berdiri di samping nial “tenang jod mungkin itu Cuma angin” “hah! Nial angin jenis apa yang memiliki bentuk seperti wanita itu” hantu itu masuk, menembus pintu, dengan bentuknya yang sedikit transparan ia mengeluarkan suara yang aneh, hantu itu melayang mendekati kami.

Sabtu, 08 Maret 2014

RING THE BELL


Chapter 2

Kami berlari menju perkemahan meminta bantuan, aku melihat Claire merlari menghampiri kami dengan raut muka kebingungan “ada apa nial? Siapa yang berteriak tadi?” tanyanya “jody… dia jatuh ke dalam lubang” “apa! Bagaimana bisa!” teriaknya, teriakkannya sontak membuat teman yang lainnya menghampiri kami “ada apa ini?” Tanya marry “jody butuh pertolongan” jawab jesper “aku butuh tali” kataku sambil berjalan menuju tenda, aku membuka tas ranselku dan mengambil sebuah tali yang cukup panjang dan tanpa basa basi lagi aku langsung ke tempat di mana jody jatuh tadi teman yang lain mengikutiku dari belakang sambil membawa beberapa barang yang mungkin akan kami perlukan.
Aku mengikatkan tali di sebatang pohon dan menjatuhkan ujung tali yang lain ke dalam lubang itu “jody!! Ayo panjat talinya” teriakku, jody sama sekali nggak menjawabnya “apa benar jody ada di dalam sini?” Tanya lucas “iya tadi dia jatuh kedalam sini” sahut jesper, “kim kamu mau ngapain?” teriak marry, kim hanya terdiam dan mulai menuruni tali “hei” aku mencoba menghentikannya tetapi terlambat dia sangat cepat menuruni tali itu “kim!” teriak marry sambil mulai turun mengikuti kim “hei apa yang kamu lakukan, berhenti” sahut lucas sambil menggenggam tangan marry “sepaskan, aku mau menjemput kim” “hei hei biar kami saja yang menjemputnya” sambil menenangkan marry aku mendengar teriakan dari dalam ubang “hei kalian semua, cepat turun ke sini” itu suara kim, dia menyuruh kami untuk turun dan tanpa aba-aba marry langsung turun “hei aku bilang tunggu” cetus lucas “yah kurasa kita semua harus turun” sambung Claire.
Kami semua bingung apa yang harus kami lakukan “yah ladies first” dengan santainya Claire mengucapkan kata kata itu, yah aku rasa kami juga harus turun, sambil menuruni tali senti per senti, aku melihat di sekelilingku ini seperti gua bukan lubang biasa, akhirnya aku sampai di dasar goa ini di sini sangat gelap, aku hanya bisa melihat beberapa meter saja dari tempat kita turun “hei apa kalian membawa senter?” tanyaku “ini aku bawa” sahut Claire “hei sepertinya di sana ada lorong gua mungkin kita bisa menemukan jalan keluar dan mungkin juga jody ada di sana” teriak kim, suaranya bergema di dalam gua.
Kami berjalan mengikuti arah yang di tunjukan oleh kim, sebenarnya berapa panjang sih ini goa lorongya aja sudah sepanjang ini dan di sini gelap aku jadi mulai bosan “hei aku melihat cahaya” teriak jesper, yap itu sepertinya pintu keluar dari goa ini, kami berlari menuju pintu keluar yah aku harap jody ada di sana. Akhirnya kami sampai juga keluar dari goa ini dengan terengah engah aku melihat di sekitar, tempat apa ini? Apa ini desa? Kenapa tidak ada seorangpun yang ak lihat selain kami.
“tempat apa ini” Tanya marry “aku rasa ini desa yang sudah di tinggalkan” jawab jesper “oke sekarang mari kita cari jody dan keluar dari tempat ini, desa ini lumayan seram menurutku” yah memang ini desa sangat seram lihat aja ada rumah yang bolong bolong dan juga ada yang hanya tinggal puing puingnya saja ini desa sepertinya dari tahun 80 an dan modelnya sangat kuno “oke mari kita cari jody…eh di mana kim? Bukankah tadi dia di sampingku” Tanya marry “apa! Tadi kita kehilangan jody dan sekarang si kim selanjutnya siapa?” kata jesper dengan nada yang kesal “hei hei sudah ayo kita mulai mencari mereka berdua” ajakku karena keadaan menjadi mulai aneh “eh bukankah itu kim” Claire menunjuk kearah perumahan kuno yang dindingnya dari kayu yang sudah rapuh.
Yap benar saja kim sedang brlari melewati rumah itu “hei kim tunggu kamu mau kemana?” teriak marry sambil mengejarnya, kim terus berlari menjauhi kami meskipun marry teriak memanggilnya. Kim kemudian membuka pintu dari salah satu rumah tua yang ada di desa ini, rumah lebih besar dari rumah yang lainnya “heii kim kembali!” teriak marry, kim tidak memperdulikan panggilan dari marry dia terus saja masuk kedalam rumah itu.
Kami semua terdiam di hadapan rumah itu, rasanya rumah itu seperti memanggil kami untuk masuk kedalamnya “hmm… apakah kita harus masuk juga?” Tanya Claire “kita…kita harus masuk, bagaimana jika terjadi apa apa dengan kim!” sahut marry “yah sepertinya kita tidak ada pilihan lain” sambung lucas “hei tunggu dulu bagaimana dengan jody?” tanyaku “ah iya aku hampir lupa, apa sebaiknya kita berpencar mencari jody dan kim?” ide dari jesper lumayan juga untuk di coba yah memang kita harus mencari mereka berdua.
“iya idemu bisa di coba jes dan sepertinya kita harus cepat karena hari sudah mulai gelap, aku tidak mau bermalam di tempat seperti ini errgh” cetus Claire dengan nada gerutunya “oke” saat kami mulai ingin mencari mereka aku merasakan ada seseorang di belakangku, aku jadi merasa mulai aneh dan mencoba membalikan badanku, ya benar di hadapanku sekarang ada seorang wanita yang lagi duduk jongkok membelakangiku.
Bajunya yang lusuh,kotor, dan panjang menutupi kakinya itu menghiasi dirinya ditambah rambut panjangnya menjadikan dirinya sangat aneh, aku berusaha menghilangkan pikiran yang aneh aneh karena kita semua harus focus apa lagi kita sedang di tempat yang antah berantah ini “selamat sore nyonya” sapaku, dia hanya terdiam dan tidak bergeming sedikitku “sore nyonya, kalau bisa tau kita lagi berada di mana ya? Dan apa anda melihat teman kami yang masuk ke sini selain kami? Oh dia seorang laki-laki yang membawa tas selempang?” tanyaku lagi.
Akhirnya wanita itu mulai berdiri, penampilannya saat berdiri menambahkan kesan angker karena pakaiannya yang kotor itu berjuntai kebawah hingga menutupi kakinya “tidak aku tidak melihat siapapun selain kalian yang kemari” jawabnya, dia mulai membalikan badannya dan membuat kami semua kaget dan menjadi kaku dibuatnya, wanita itu.. wanita itu..wajahnya hancur dan berlumuran darah “tidak aku tidak melihatnya” katanya lagi.
Kami semua menjadi ketakutan karena dia bukan manusia dari bagian depan terlihat bahwa kakinya nggak ada hanya lutut dan beberapa sisa di bawah lututnya yang tampak. Kami semua terdiam dan mundur beberapa langkah, lebih sialnya lagi hari sudah sangat gelap dan membuat tubuh wanita itu mulai agak transparan “AAAAA” teriak Claire, marry, dan jesper “kemarilah” kata hantu itu, dia mulai mendekati kami. Kami sudah terpojok karena di belakang kami ada rumah besar itu dan di depan ada hantu wanita yang mulai mendekati kami.
Sepertinya kami tidak mempunyai pilihan lain “semua cepat masuk ke dalam rumah!” teriakku “hah! Tapi nial” dengan suara yang gemetar Claire membalas perkataanku “cepat!” jesper menarik tangan Claire, dan kami semua memasuki rumah besar itu dan segera menutup pintu dengan cepat “mahluk apa itu tadi” dengan air mata mengalir di pipinnya marry berkata dengan gemetar “aku takuut aku ingin keluar dari tempat ini” teriak Claire.
Marry memeluk Claire dan mereka berdua menitikan air mata “hei hei tenang tenang” ucap jesper berusaha menenangkan mereka berdua “gimana mau tenang kalau seperti ini! Aku ingin keluar! Keluar dari tempat menyeramkan seperti ini” teriak Claire dengan tubuhnya gemetar “hei kita semua juga takut tapi kita juga harus bersikap tenang dalam kondisi seperti ini” sahutku, mereka hanya terdiam dan mulai sedikit lebih tenang “aku ining keluar…keluar” gumam marry.
Kami semua terdiam di dalam rumah besar ini, tidak ada satupun yang dari kami mulai mengankat pembicaraan. Aku tau mereka juga ketakutan sama sepertiku, di kesunyian tempat ini aku mendengar bunyi lonceng yang sangat kuat dan membuat kami semua kaget hingga memandang satu sama lain, dan aku sadar ternyata hari sudah gelap “hei apa kalian semua membawa senter?” tanyaku “iya aku bawa” jawab  marry “aku juga” sambung Claire dan lucas “hei apa hantu wanita itu masih ada di luar?” Tanya marry dengan ketakutan.
Lucas perlahan-lahan mulai bangkit dari tempat duduknya dan melihat keluar dari kaca pintu kayu yang membatasi kami dari halaman depan rumah ini “tidak…dia sudah pergi, sepertinya kita aman” akhirnya kami mulai merasa sedikit lega “ayo kita keluar” aja lucas sambil menarik grendel pintu “aneh!” sahutnya “kenapa?”tanyaku “pintunya tidak bisa di buka” “apa! sini biar aku coba”sahut jesper, tetap jesper juga tidak bisa “apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau terjebak di tempat ini” sambung Claire denga nada panic “oke oke tenang, kita pasti akan keluar dari tempat ini dan sekarang aku pinjam sentermu Claire kita akan keluar dari tempat ini” aku berusaha menenangkan mereka.
Claire memberikan senternya kepadaku aku mulai menyinari sekeliling, tempat ini sangat kotor dinding kayunya sudah mulai berlubang dan lantai nya sudah bolong “hah kim!” marry mengagetkan kami “aku mendengar suara kim dari…dalam rumah” kami terdiam sejenak, tiba tiba jesper muai berjalan “ayo kita temukan kim dan keluar dari sini” kami semua terdiam dan mengikuti jesper.
Rumah ibi bau busuk dan sangat gelap, jesper yang memimpin perjalanan dan dibelakangnya ada aku kemudian di ikuti oleh Claire, marry dan lucas. dengan langkah yang pelan kami memasuki lebih dalam lagi rumah ini “hei menurutmu seberapa besar rumah ini? Disini suasananya sangat meneramkan” Tanya Claire kepadaku “entahlah lebih baik kita tidak membahas soal itu dan segera pergi dari tempat ini”
Kami tiba di pertigaan lorong “hmm… kita harus kemana?” tanyaku ke jesper “entahlah aku juga bingung, mungkin kita semua harus ke kiri” “ayo cepet jalan, jalan yang mana aja boleh yang penting kita semua menemukan kim dan keluar dari sini” cetus marry, kami mulai berjalan ke lorong yang sebalelah kiri, tiba tiba aku mendengar suara “hei suara apa itu? Seperti suara berdecit” tanyaku “entahlah” jawab lucas.
Serpihan serpihan debu dan kayu berjatuhan di atas kami, aku memandang ke langit-langit, sesuatu bergerak di atas itu dan aku menyenterinya ternyata langit-langit yang terbuat dari kayu itu mulai runtuh “AWAS” teriakku. Benar saja langit-langitnya runtuh aku berguling menghindari runtuhan itu, debu berterbangan di antara kami “apa kaian semua baik baik saja” tanyaku dangan batuk yang di sebabkan debu itu “yeah.. kami semua baik baik saja” jawab jesper.
Keadaan menjadi semakin buruk aku terpisah dari yang lainnya, reruntuhan itu menghalangi jalanku “nial!” teriak marry “apa kamu baik- baik saja?” “iya dan benda ini menghalangiku” aku mencoba untuk mengangkat kayu kayu yang menghalangi jalanku, dan hasilnya nihil aku tidak bisa mengangkat maupun menggesernya kayu kayu ini terlalu berat, sepertinya aku tidak punya pilihan lain aku haru menelusuri lorong sebelah kanan ini “hei sepertinya aku tidak bisa melewati kayu kayu ini, lebih baik kalian semua jalan terus kedepan dan aku akan menelusuri lorong ini” teriakku “ oh oke nial, aku dan lucas juga tidak bisa menggerakan kayu kayu ini, dan berhati hatilah” sambung jesper.
Aku mendengar langkah kaki mereka meninggalkanku, aku juga harus cepat keluar dari tempat ini langkah demi langkah aku telusuri lorong ini melihat kiri kanan terdapat beberapa meja dan vas vas bunga yangsudah rusak, di ujung lorong ini terdapat lagi lorong yang mengarah kekiri aku terus menelusuri lorong ini dengan hati hati kalau sesuatu akan terjadi. Di depanku aku melihat ada sebuah pintu kayu yang menghalangi langkahku, aku membuka pintu itu lan melihat sekeliling di balik pintu  itu.
Sepertinya sekarang aku di ruang tamu karena terdapat meja bundar dan beberapa kursinya juga beberapa interior yang lain, di sebelah kanan ruangan ada sebuah pintu lagi yang memiliki bentuk seperti pintu di sampingku ini. Aku mendekati pintu itu dan mencoba membukanya ternyata tidak bisa di buka, di samping pintu itu ada sebuah jendela sepertinya ini salah satu pintu keluar dari rumah ini yang mungkin terkunci, Aku mulai mencari jalan lain untuk keluar dari ruang ini karena di sini sangat gelap dan menyeramkan yah bisa saja hantu wanita itu atau hantu yang lain mendatangiku.

 aku mendengar bunyi handle pintu keluar itu mulai di buka dan perlahan aku memundurkan langkahku pelan pelan untuk bersiap meneriama apa yang di balik pintu itu, perlahan pintu itu terbuka dan membuat siluet seseorang yang terpancarkan oleh cahaya bulan di langit malam “nial!” dia berteriak kepadaku dengan menyorotkan sinar dari tangannya.

Kamis, 30 Januari 2014

RING THE BELL (part 3)

Kami berjalan menelusuri pepohonan yang rindang mencari tempat berkemah untuk malam ini perjalanan kami di pimpin oleh jesper, wah di sini sangat sejuk masih saja ada tempat yg sebagus ini tapi aku merasakan sesuatu yang aneh di gunung ini entah itu apa?. Sepertinya hampir dua jam sudah kita berjalan di hutan “hei jod apa kamu capek?” sahut nial “ahhh….yah sedikit” tba tiba nial mengambil ransel besar yang aku bawa “sini biar aku yang bawakan ransemu” “oh tumben kamu baik hari ini haha” cetusku “haha aku kan selalu baik” balasnya.
Dengan membawa tas slempang yang kecil aku berjalan di depan nial menelusuri jalan setapak “hei semua aku melihat sungai di dean” teriak jesper “kita di sana saja ya istirahatnya” sambung marry yang berada di belakang jeper, sesampaiya di sekitar sungai kami semua meletakan barang “haaah…. Aku jadi lumayan capek” sambil mengangkat kedua tanganku ke atas “hei bagaimana kalau kita bermalam di sini saja, lagipula hari sudah sore” kata lucas yang sedang menyiapkan tenda “aku setuju” jawab nial yang ikut menyiapkan tenda.
Setelah menyelesaikan tenda aku berencana untuk mencari kayu bakar “hei jody mau kemana kamu?” teriak nial “aku mau mencari kayu bakar, kamu mau ikut?” tanyaku “aku ikut” sahut jesper “baiklah, aku juga” sambung nial, kami mengumpulkan kayu bakar cukup banyak aku rasa sudah cukup untuk bikin api unggun malam ini “hei aku rasa ini sudah cukup, ayo kembali” teriakku. Kami berjalan menuju perkemahan melewati pohon demi pohon, di sini sangat tenang dan nyaman, tiba-tiba langkahku terhenti karena aku merasakan sesuatu tapi aku tidak tau itu apa “jody ada apa? Kenapa kamu berhenti?” Tanya jesper “ah nggak aku… aku hanya menikmati suasana di hutan ini” balasku “yah di sini memang sangat tenang, beda sekai saat kita di kota” sambung nial.
Aku tidak memperhatikan apa yang di bicarakan nial karena mataku tertuju pada tiga ekor kunang-kunang yang terbang di belakang nial dan jesper, kenapa di sore begini ada kunang-kunang dan yang lebih aneh lagi hewan itu memancarkan cahaya berwarna hijau terang, aku sangat tertarik melihatnya dan entah kenapa rasanya badanku berjalan mengikuti kunang-kunang itu. Hewan itu terbang ke kiri dari arah menuju perkemahan kami, dengan kayu bakar yang kubawa aku mengikutinya dan terus mengikutinya sampai di antara dua pohon yang tumbuh sejajar “jody!” teriak nial, hah! aku tersadar dan memutar badanku menghadap mereka berdua “a…apa?” tanyaku “kenapa kamu berjalan ke sana?” Tanya jesper “ayo kita kembali ke kemah” ajak nial “ok…tunggu aku” cetusku.
Baru dua langkah aku berjalan tiba-tiba tanah yang aku pijak menjadi amblas dan aku terjatuh ‘aaaaaaaa’ teriakku “jodyy!” aku mendengar mereka berdua meneriaki namaku, ‘buk!’ aku merasa badanku membentur sesuatu aku meraba dan ternayata itu adalah tanah ya itu tanah, aku melihat sekeliling dan rasanya aku berada di sebuah goa “jodyy! Apa kau mendengarku?” teriak nial “yaaa uh… aku baik-baik saja dan… sepertinya aku berada di dalam goa” di sini sangat gelap “jody tunggu ya kita akan panggil yang lainnya untuk menolong kamu” sahut jesper “ok aku kan di sini…di…tempat gelap ini”.
Aku mengambil senter yang ada di dalam tas selempangku dan menyorotkannya ke sekeliling goa, aku melihat ada sebuah lorong goa dan di sana banyak sekali kunang-kunang yang aku lihat tadi, aku beranjak dari tempatku untuk menuju lorong itu dan di sini sangat indah, banyak sekali kunang-kunang berterbangan. Aku terus berjalan menelusuri lorong ini dan di depan aku melihat pintu keluar, aku langsung lari menuju pintu keluar dari goa ini.
Akhirnya aku sampai juga keluar dari goa ini, sambil mengambil napas aku melihat sebuah gedung di depanku, gedung ini lumayan besar dan sepertinya memiliki dua lantai gedung apa ini? Dan ini di mana? Aku jadi sangat bingung ‘creak’ bunyi pintu berdecit, aku melihat seseorang masuk ke dalam gedung itu dengan langkah kecilku aku memberanikan diri untuk mendekati gedung itu, aku membuka pintu itu dengan pelan “hello…hmmm apa ada orang” aku terdiam sejenak dan memperhatikan keadaan di balik pintu ini.

Di sini sangat kotor, kaca jendela pecah dan debu di mana mana. Aku memasuki gedung dengan pelan sambil memegang senter di tangan kananku aku melangkah pelan pelan “hello” sapaku lagi, sepertinya gedung ini sudah lama di tinggalkan ‘thuk’ aku mendengar sesuatu, aku rasa bunyi itu berasal dari ruangan di ujung sana. Aku berjalan mendekati ruangan itu sambil menyentuh pegangan pintu dan mulai membukanya.

Rabu, 15 Januari 2014

RING THE BELL (part 2)

Sekarang sudah menunjukan jam 8 pagi, dimana jesper? Aku sudah menunggu dari tadi ‘tiiit’ aku mendengar bunyi klakson mobil “heyy jod” nial melambai ke arahku dengan jendela mobil yang terbuka aku menghampirinya “hei nial dimana jesper?” “oh jesper sudah di rumah marry, dia menyuruhku untuk menjemputmu” apa jesper sudah di sana duluan “hmm…okay ayo kita berangkat sekarang” aku langsung membuka pintu dan duduk di samping nial.

Di kursi belakang aku melihat tumpukan barang untuk camping nanti “hei nial” “yeah?” “apa kamu tidak keberatan membawa barang yang sebayak itu” “hmm…oh itu… lucas meminjam beberapa barang” “oh benarkah” gila banget jika si nial yang membawa semua barang itu “jod apa kamu pernah mendengar cerita di gunung itu?” “ha cerita? Cerita apa?” “yah yang aku dengar sih di sana ada desa dan pada suatu hari desa itu menghilang tanpa sebab” “eeh benarkah!... mungkin kalau kita menemukan desa itu kita juga menemukan harta karun” “hahaha mungkin saja”.

Selama perjalanan kami hanya berbincang bincang  dan tak terasa kami sudah sampai di rumah marry “ini dia, kita sudah sampai” sahutku dengan gembira “hai jod kita sudah menunggumu” sahut jesper “apa… kamu meninggalkanku jes katamu kamu yang akan menjemputku huh” “haha iya iya sorry” pagi pagi sudah bikin aku kesal “ jod itu barangmu sudah aku masukan ke bis” kata nail “ah terimakasih nail, apa barang-barangku berat?” “berat? Badanmu yang kecil ini aja bisa mengangkatnya ya gak mungkin beratlah” cih pagi pagi kalian udah mempermainkanku “hei hei ayo kalian bertiga masuk ke dalam bis, ayah marry gak mungkin menunggu kalian selamanya kan” sahut lucas.Perjalanan panjang ini membuatku menjadi mengantuk , nial yang duduk di sampingku memandang keluar jendela “nial apa kamu tidak ngantuk?” “hmm tidak, kenapa?” “ah nggak, tidak ada apa-apa” aku pun memejamkan mata.

Eh ini di mana?, apa aku lagi bermimpi? Aku seperti berada di sebuah kamar, aku melihat sekeliling ini… ini seperti kamar nenek. Aku mendengar pintu kamar di buka oleh seseorag, itu nenek kemudian duduk di kursi samping tempat tidurnya dia seperti memegang sesuatu, eh itukan foto, buku, dan lonceng yang aku lihat waktu aku di loteng “shal kita harus selesaikan semua ini” nenek berbicara ke foto itu, nenek bangkit dari duduknya dan menuju keluar. Aku mengikutinya keluar kamar dan aku merasa berada di tempat lain aku sudah berada di tempat lain.

Di sini banyak sekali orang manula, apakah ini di panti jompo? Ini sepertinya di sebuah kantin aku melihat kiri dan kanan ya aku yakin sekali ini kantin, aku berjalan untuk menemukan pintu keluar dan di dinding aku melihat sebuah papan yang bertuliskan ‘maple grove house nursing’ yap tidak salah lagi ini panti jompo yang ada di kotaku, “shal” hah suara itu?… itu kan suara nenek, aku mencari suara itu sepertinya dari kantin, aku melihat nenek sedang duduk dengan ditemani oleh seorang lelaki yang cukup tua yah masih kelihatan lebih tua nenek siih. Aku mendekati mereka, apa yang mereka bicarakan? Pendengaranku tiba-tiba menjadi kurang, aku hanya mendengar sayup sayup dari pembicaraan mereka, tiba-tiba mereka memandangku “jody kita sudah sampai”.


Hah aku langsung membuka mata, aku melihat nial membangunkanku “ayo bangun jod kita sudah sampai” “ah…eh iya” jawabku sedikit ngantuk. setelah turun dan mengambil semua barang, bis yang mengantar kita mulai berangkat “marry, kim kalau ada apa apa telepon ayah ya dan hati hati di gunung” “ok yah “ jawab kim. “Baiklah teman teman ini dia gunung yang akan jadi tempat liburan kita” sahut jesper dengan semangatnya. 

Minggu, 12 Januari 2014

RING THE BELL (part 1)

chapter 1

when i was young my grandma always told me a story about the mysterious village "if you play outside when it night, you will taken by the people of that village so, you must go sleep  and ring the bell” she said, what kind of fairytale of that I don’t even know. Well my grandma is dead long ago, I miss her so much and now I’m 18th years old actually I’m getting 19th not for long.

My name is jody, jody adams well my friend say it’s like a girly name may be because of my characteristic and they says I’m childish yah I don’t care what are they says. Now I’m in college in my town the name is Moulinette yaa it’s not a big town like new York or else just an ordinary small town. like always just in my room and play computer “jody youre holiday is start tomorrow right, we want to go to auntie janet’s house you want to come too?” says my mom “nah mom I think I stay here, by the way my friend planning to vacation and invite me” “okay if you say so” haah back to the computer again.

Open the facebook, open the twitter it’s make me so bored ‘thump thump’ I heard someone coming “jody youre friend come” oh it’s just my brother, wait my friend? Oh finally I will free from my bored situation. And I go to downstair hmm I wonder whose come ?. in front of door i see someone in blue jacket “hi jody” he say “oh hi jesper what are you doing here?” “claire and the other is waiting for you” “wait for what?” “hmm you know we want to decide where are we go for this holiday, come on hurry up don’t make they wait to long” “okay wait a second” “okay okay hurry up”.

I go to my room and take jacket, wear jeans and done it’s simple fasion what I like. “let’s go jes I’m ready” “ha you not change jody, too cheerful” “hmm you have problem with that” “nah let’s in the car” I see jesper’s red car parked in front of my house well it’s just an ordinary car, not for a long drive we arrive in hmm… a cafĂ©, I hear it’s famous here. In glass window I can see lucas,nial, marry, Claire and who is that? A girl sit next marry.

I’m open the door and approaching them “hi guys, and who is sit next you marry?” “oh she is my little sister kim” marry’s sister like japanese and have long black hair “oh yeah where do you want to go this vacation jody?” say Claire, I take a chair and sit next lucas “ehh… I don’t know, did you guys not decide yet?” “well… not yet” say lucas “how about we go to mountain next this town? Maybe that’s fun” talk kim “I think that’s fine, right jes?” “yeah me with jody” “ok we decide go on mountain” Claire with her spirit.

We talking too long it’s getting dark “jes can we go home now” “oh ok jody, I don’t know it’s getting dark now, well guys me and jody want to go home bye all” in the car we just listening the music on a radio “say jod do you think marry a Japanese?” “what? Do you think she is Japanese?” “I think not, but her sister is” “yeah I think so, oh here we are” we already arrived in my house. Hmm why it so dark? Are my family was go to auntie’s “well jod I gotta go to bye” “oh yes thank you jes” I take the key under the mat and unlock the door. it’s so dark here, I just go in and turn on light suddenly I saw a note on dining table ‘jody we already goooo see you next week by: noah’ hmm whatever.

I need to prepare to go tomorrow, so I take some equipment on the attic, well let see I need flashlight, rope, raincoat, tent, some food and ect ‘thud’ I hear something fell, I see a medium box hey that’s my grandma’s. I opened the box and see the contents there is a book, picture and a unique bell inside the box. I took the bell and put in on my bag, next I took the picture I saw my grandma when she was kid wow the picture is so old, I flip the picture and some word was written in there ‘shal and maria’ hmmm shal and maria? who is they? Are they my grandma’s siblings or what, oh whatever so I put it back and continued packing supplies that I need. Its’s getting late I’m feel sleepy back to my room and save the energy for tommorw oh I can’t wait for this morning.