Chapter 3 THE NIGHT VILLAGE
Pintu
yang membatas antara aku dengan sebuah ruangan telah terbuka, ruangan penuh
dengan debu dan perabotannya sudah rusak yang membuatku sangat yakin bahwa
gedung ini sudah sangat lama di tiggalkan. Aku melangkah memasuki ruangan dan
melihat sekeliling ruangan yang sangat kotor ini ternyata sebuah ruang kerja
atau sejenisnya karena aku melihat banyak rak rak buku dari kayu yang tertancap
di dinding ruangan.
Aku mulai
mengecek isi dari rak rak buku dan melihat buku buku tersebut satu persatu, ini
sepertinya buku pelajaran atau semacamnya karena banyak sekali tuisan dan soal
soal angka terlukis di dalam buku itu. Sepertinya gedung ini dulunya sebuah
sekolahan dan sekarang sudah tidak terpakai lagi aku jadi penasaran kenapa
sekolah ini sudah tidak di gunakan, tetap dengan investigasiku terhadap ruang
ini mencari tau informasi dimana sekarang aku berada dan kenapa di hutan
seperti ini ada sekolahan.
Di saat
aku membuka laci meja stu persatu aku mendengar seseorang berlari menaiki
tangga “hello siapa di sana?” tanyaku sambil keluar dari ruangan dan mengejar
orang tersebut, di depan ruangan ini terdapat sebuah tangga menuju lantai dua.
kulangkakan kakiku menaiki anak tangga dengan pelan karena tangga yang terbuat
dari kayu ini sudah sangat rapuh dan berlubang, perlahan menaiki tangga yang
rapuh ini membuatku ingin cepat tiba di lantai dua. Akhirnya sampailah aku di
lantai dua. dengan menghela napas aku mencari orang tadi, di depanku sudah ada
sebuah ruangan kelas dan beberapa kelas lagi di sampingnya, aku melihat ruangan
itu satu persatu dari pintu yag telah terbuka.
Aku tidak
melihat seorangpun di dalamnya, suasana ini membuatku takut, apa aku salah
dengar tadi? Mungkin suara yang aku dengar tadi langkah kaki hewan liar yang
masuk, tiba tiba aku mendengar bunyi seperti ada yang jatuh, aku melihat ke
sumbernya yang berada di ujung lorong ini. Di sana terdapat sebuah lemari kaca
dan di sampingnya sebuah pintu yang di atasnya terdapat papan nama yang sudah
tidak dapat terbaca lagi, aku mendatangi lemari tersebut, di dalamnya terdapat
foto, guci yang dari porselin dan beberapa barang lainnya.
Dan
sebuah benda tergeletak di depan lemari itu, aku memungut benda itu dan memperhatikannya
dengan seksama. Ternyata benda itu sebuah kamera yang bentuknya sangat cantik
serta modelnya yang sangat kuno membuat kamera ini sangat antic, aku mencoba
melihat mengutak atik apakah kamera ini masih berfungsi, sepertinya lensanya
masih bagus dan sangat jernih saat aku mengintip di balik lubang viewfindernya.
“kakak”suara
anak kecil bergeming di lorong, sontak membuatku kaget dan membalikan badan
menghadap lorong. aku tidak melihat siapapun di sana, aku menjadi mulai takut
“siapa di sana?” aku membalasnya. Suara panggilan itu sudah tidak terdengar
lagi, aku memegang kamera dengan erat dan terdiam di tempatku berdiri.
Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan yang keras berkali kali, aku mendekati suara
itu dan berhenti tepat di depan pintu, suara itu berasal dari ruangan yang
papan namanya sudah tidak dapat dibaca.
Aku
meraih handle pintu yang bundar itu dan mulai membukanya, pintu itu terbuka dan
ruangan didalamnya agak gelap, tapi aku berhasil melihat seseorang sedang
berdiri membelakangiku, rambutnya yang sebahu dan pakaian kunonya memberi kesan
aneh terhadapku, “hello” sapaku, dia hanya terdiam saja dan mulai mengetuk
ngetuk lagi. Aku melangkah kecil mendekatinya, memasuki ruangan yang ternyata
sebuah toilet. Hanya beberapa meter lagi jarak antara aku dengan wanita itu,
dia langsung menghentikan ketukannya”hallo nyonya” sapaku dengan suara sedikit
ketakutan, Dia mulai membalikan badannya menghadapku.
Kepalanya
yang menghadap lantai, perlahan lahan bergerak keatas untuk memandangku. Hah!
Bertapa terkejutnya aku melihat wanita itu. Wanita itu dia…dia tidak memiliki
kedua bola mata dan tubuhnya melayang beberapa senti dari lantai, “aaa…
tidak!...menjauh dariku!” teriakku menggema di ruang toilet ini. Dia
mendekatiku dan merentangkan tangannya seperti ingin memelukku. Suara yang
menyeramkan keluar dari mulutnya, Aku melangkah mundur dan menghampiri pintu
keluar, tiba-tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya hingga membuat suara
dentuman yang sangat keras,pintu itu tidak bisa di buka. sekarang aku terpojok
dan tak tau harus bagaimana lagi, sekarang aku sedang berhadapan dengan sesosok
hantu.
Aku
tersandar di pintu sambil menghadap sesosok hantu yang makn lama makin
mendekatiku, aku sangat ketakutan, aku sangat panic, apakah hantu itu akan
membunuhku? Aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Ketakutan dan kepanikan
ini menghantuiku, “tidak!” tengan berteriak keras, tanpa disengaja aku menekan
tombol camera yang sudah aku pegang dari tadi, kilatan cahaya muncul sangat
terang memenuhi ruangan dengan cepat seperti petir yang menyambar,membuatku
terkejut dan menjatuhkan kamera.
Hantu itu
berteriak seperti kesakitan dan mundur sambil menutup kedua matanya yang kosong
itu hingga dirinya menghilang, aku terdiam membisu dan menjatuhkan diriku
terduduk di lantai, mencoba menenangan pikiran dan mengusir rasa takutku, apa
itu barusan? Ini sangat aneh dan tidak masuk akal. Cahaya dari kamera itu
mengusir hantu, aku meraih kembali kamera itu dan waspada jika hantu itu datang
lagi, hampir semenit aku menunggu, ternyata mahluk itu tidak kunjung tiba, apa
kamera ini berhasil membunuhnya atau mengusirnya?.
Pintu
terbuka dengan sendirinya, aku perlahan mengintip di balik pintu sambil
memberanikan diriku, aku merasa suasana sudah aman, akhirnya aku bisa keluar
dari ruang toilet yang sera mini dan segera keluar dari sekolah angker ini.
Dengan mengalungkan kamera dan mulai menuruni tangga yang sudah tidak terjamin
keselamatannya kemudian lari menuju pintu keluar. Di halaman depan sekolah aku
mengambil napas panjang untuk memulihkan pikiranku dan menghilangkan rasa
takut, aku kembali berlari menuju goa untuk pulang ke teman teman, hari yang
sudah gelap ini pasti akan memanggil mahluk seperti itu tadi, aku keluarkan
senter dari dalam tas selempangku dan berlari memasuki goa, pasti nial dan
jesper sudah membawa bantuan untukku.
Aku
hampir sampai ke ruang goa di mana aku jatuh tadi, langkahku terhenti dan
bersembunyi di balik batu, aku melihat beberapa orang memakai pakaian putih dan
memegang tongkat berada didepanku, mereka berjalan memasuki lorong goa yang
lain, perlahan aku mengikuti mereka dan terus mengikuti, akirnya kami sampai di
pintu goa yang lain, aku tetap bersembunyi agar tidak ketahuan. Sepertinya
mereka sudah jauh meninggalkanku, perlahan aku mulai beranjak keluar dan
terdiam, aku melihat sebuah desa dan penduduknya sedang lalu lalang, kenapa ada
desa di tempat seperti ini dan kenapa juga ada sekolah angker itu.
Aku
memiliki firasat yang tidak enak, perlahan aku berjalan melihat lihat desa, ini
sangat aneh , aku berjalan melewati mereka dan memanggil mereka tapi tidak
satupun dari mereka memperhatikanku. Mereka tetap dengan pekerjaan mereka
masing masing, ada apa ini? Aku aku tidak terlihat oleh mereka, saat aku
melihat ke bawah, aku tersadar ternyata bayanganku tidak ada, padahal matahari
masih menampakkan wujudnya.
Aku terus
berjalan mengitari desa, melihat sekeliling, hal ini membuatku takut. Apakah
aku bermimpi atau aku sudah mati?. Kenapa mereka tidak bisa melihatku?, aku menghentikan langkahku dan menyandarkan
tubuhku di mulut sumur yang terbuat dari batu, sepertinya aku sedang di pusat
desa. Di sini sangat ramai dan banyak bangunan kuno, aku meraih tas selempangku
dan mengaduk isi di dalamnya, aku mengambil handphone, berusaha untuk
menghubungi teman teman.
Saat aku
mengeluarkan hp ku, aku mendengar sesuatu jatuh dari tasku. Aku melirik dan
melihat, ternyata itu bel yang aku bawa dari rumah, aku meraih bel itu dari
tanah dan menggoyangkannya, tiba-tiba saja suasana menjadi lain, para penduduk
desa menjadi panic. Mereka berlalri berhamburan dan saling membunuh, aku tidak
berkutik menyaksikan kejadian itu, aku sangat takut, aku tak tau harus
bagaimana. Teriakan mereka bergema di telingaku, aku ingin menangis karena
takut.
Tiba-tiba
aku mendengar seseorang berteriak di belakangku, aku memalingkan badan, mataku
melotot melihatnya, seseorang menggenggam sebilah pedang dan ingin menebasnya
kepadaku, aku berteriak dengan keras. Seketia suara bel berbunyi dengan keras,
aku tidak tau sumbernya dari mana, bunyi
bel itu mengejutkanku, keadaan sekitar berubah, hari sudah menjadi gelap,
dengan terangnya sinar bulan, aku memandang sekitar.
Keadaan
menjadi tenang, sangat tenang tanpa adanya satu orangnpun, seluruh pembantaian
tadi lenyap seketika, apa itu tadi?, apa itu sebuah pesan atau kejadian di desa
ini, tanpa terasa air mataku berjatuhan, aku takut, apa yang terjadi padaku?,
aku tak kuasa menahan air mata ini, aku menangis dalam ketakutaku. “Jody?”
suara itu memanggilku, aku memalingkan muka dan melihat sesosok yang ku kenal,
itu Kim yang berdiri melihatku dengan heran, aku lega bertemu dengannya,
setidaknya aku tidak sendirian lagi, “kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi?”
tanyanya dengan heran, aku hanya terdiam membisu, “Kim kenapa kamu di sini,
dimana yang lainnya?” tanyaku kembali.
Sekarang
dia yang menjadi terdiam, “Kim? Ada apa dengan Nial dan yang lainnya?”, “kim
mulai gemetar seperti ketakutan, aku bangkit dari tempatku dan berusaha
menenangkannya padahal aku juga sedang takut, “mereka…terkurung di sebuah
rumah”, “rumah? Mereka kenapa?” tanyaku kembali, “saat kami semua turun untuk
mencarimu, kamu sudah tidak ada di goa itu, dan kami hanya melihat sebuah
lorong goa” dengan suaranya yang pelan sambil menundukan kepalanya, “terus?...
eh tunggu dulu, satu lorong goa?, bukannya ada dua?” sahutku “hah Apa maksudmu?
Kami semua hanya melihat satu” “ok ok terus apa yang terjadi dengan mereka?”
“setelah keluar dari goa itu kami melihat desa ini, kemudian mereka tiba-tiba
lari begitu saja” “apa kamu tidak menghentikannya?” “aku sudah mencoba, aku
mengejar mereka dan meneriakinya tapi mereka tidak bisa mendengarku”.
Aku hanya
terdiam mendengar apa yang di katakan Kim, aku yakin ada yang tidak beres
dengan tempat ini apalagi di sekolah aneh itu “ aku tidak tau apa yang harus
aku lakukan” Kim kembali angkat bicara “mereka seperti tidak bisa melihatku”
tiba-tiba Kim terdiam, “Kim?” aku memanggilnya “aku melihat mereka bertemu
seorang wanita dengan baju yang lusuh, kemudian mereka langsung berteriak dan
masuk ke dalam rumah” “wanita?” tanyaku dengan heran “dia… hantu”. Kami terdiam
sejenak mendengar apa yang baru saja di ucapkan Kim, “Kim, setelah itu apa yang
terjadi?” sahutku dengan penasaran, dia bercerita kembali “ mereka langsung
masuk ke rumah itu dan menutup pintunya, setelah hantu itu menghilang, aku
mencoba membuka pintu rumah itu, tapi tidak bisa, aku melihat mereka sedang
duduk di balik pintu itu, kemudian…” “kemudian kenapa kim?” “hantu itu muncul
kembali entah dari mana, dan hantu itu mengejarku” “terus bagaimana kamu bisa
lolos?” “aku tidak tau jod, aku terus lari, aku takut melihat kebelakang,
setelah itu aku melihatmu berdiri di depan sumur itu, dan kamu tiba tiba saja
teriak, kamu melihat apa di sumur itu?”.
Aku bingung
mau bilang apa, “aku kaget karena mendengar bunyi bel” aku berbohong “bel? Bel apa?
Aku tidak mendengar apapun” yang benar aja, suara bel sekeras itu tidak di
dengar oleh kim, atau mungkin itu suara berasal dari kejadian tadi dan aku yang
mendengarnya “ah sudahlah, di sini sudah gelap, ayo kita cari ke rumah yang
kamu ceritakan tadi” “kamu yakin jod? Gimana kalau di sana banyak hantunya, aku
takut” menurutku selagi aku memiliki kamera ini aku merasa aman “aku yakin kim,
lagipula kita harus mencari kakakmu dan yang lain” “oke tapi aku tidak ingin terpisah
darimu, aku tidak ingin sendiri lagi di tempat ini” sahutnya dengan nada gelisah.
Kami berjalan
melewati rumah-rumah yang tua dan sudah rusak, suasana ini memang menyeramkan,
kami hanya di mandikan cahaya bulan dan sinar secter yang aku pegang, suasana
sepi ini membuat kami waspada, bisa saja sesuatu yang menyeramkan akan muncul, “di
sini” ujar kim, tak terasa kami sudah tiba di depan rumah yang di bicarakan kim
tadi, tanpa berpikir panjang, aku langsung mencoba membuka pitu rumah. Benar apa
yang di katakan kim, pintunya tidak bisa di buka, “ benar seperti yang kamu
bilang kim, pintu ini tidak bisa…” belum selesai aku berbicara, sesuatu
mendobrak pintu itu dari dalam, dentuman keras dari pintu membuatku kaget.
Aku mundur
beberapa langkah, kim langsung meraih tanganku, dobrakan pintu itu langsung
terhenti seketika, di jendela pintu itu, aku melihat sebuah tangan merayap, di
lanjuti dengan munculnya bentuk wajah wanita yang pucat, dia kembali mendobrak
pintu, berusaha untuk keluar. Aku hanya terdiam melihat wanita itu, aku meraih
kamera yang ada di tas ku, wanita itu terdiam dan mulai menghilang di
kegelapan, “k-kim sepertinya dia menghilang” ha! Kim yang tadi di sampingku
kini sudah tidak ada “ Kim!” teriakku “kim! Dimana kau” aku berlari mencari
kim, aku berlari di samping rumah angker ini sambil meneriaki kim.
Aku melihat
sebuah pintu yang tertempel di samping rumah ini, aku mendekati pintu itu, aku pikir
kim ada di dalam dan mungkin juga aku bisa masuk lewat pintu ini yah jika ada
hantu itu lagi tinggal aku gunakan kamera ini, tiba-tiba aku mendengar sesuatu
dari dalam, mungkin itu kim, aku mengalungkan kamera dan meraih handle pintu,
dan membukanya perlahan, menyenteri ke dalam ruangan. Dan betapa leganya aku
melihat apa yang di balik pintu ini, “ Nial!” sahutku, dengan mata yang
menyipit karena sorotan dari senterku, dia memanggilku “jody?...jody!” aku
berlari mendekatinya “jod dari mana saja kamu? Kami semua mencarimu dan
sekarang kami terpisah” “aku tadi bertemu dengan kim, tapi sekarang dia
menghilang” “kim? Yeah tadi kami juga mencarinya” “ok nial ayo kita cari yang
lain dan keluar dari..”belum selesai aku ngomong, pintu tiba-tiba tertutup
dengan keras “n-nial” aku berdiri di samping nial “tenang jod mungkin itu Cuma angin”
“hah! Nial angin jenis apa yang memiliki bentuk seperti wanita itu” hantu itu
masuk, menembus pintu, dengan bentuknya yang sedikit transparan ia mengeluarkan
suara yang aneh, hantu itu melayang mendekati kami.